kekeliruan berfikir materi lengkap |
BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kekeliruan Berfikir.
Perkataan fallacy dalam bahasa Inggris secara umum berarti gagasan atau keyakinan yang salah (palsu), dalam arti teknis yang sempit itu perkataan fallacy kita terjemahkan dengan istilah “Kerancuan berfikir” atau “Berfikir rancu” yang semuanya menunjuk pada jalan pikiran yang tidak tepat atau keliru. Jadi, kekeliruan berfikir adalah bentuk-bentuk atau jenis-jenis argument yang tidak tepat atau yang salah (incorrect argument).[1]
B. Macam-Macam Kekeliruan Berfikir.
Dalam ilmu logika kekeliruan berfikir terbagi menjadi tiga yaitu kekeliruan formal, kekeliruan informal dan kekeliruan karena penggunaan bahasa.
1. Kekeliruan Formal.
Kekeliruan formal adalah bentuk-bentuk jalan pikiran yang keliru yang memperlihatkan bentuk-bentuk luar yang sama dengan bentuk-bentuk argument yang valid. Terdapat beberapa contoh kekeliruan formal yaitu[2]:
a. Fallacy of four terms (kekeliruan karena menggunakan empat term).
Kekeliruan berpikir karena menggunakan empat term dalam silogisme.Ini terjadi karena term penengah diartikan ganda.
Contoh: Orang yang berpenyakit menular harus diasingkan. Orang yang berpenyakit panu dapat menularkan penyakitnya, jadi orang yang panuan harus diasingkan.
b. Fallacy of undistributed middle (kekeliruan karena kedua term penengah tidak mencakup).
Kekeliruan berpikir karena tidak satu pun dari kedua term penengah mencakup.
Contoh: Orang yang terlalu banyak masalah kurus. Dia kurus sekali, karena itu tentulah ia banyak masalah.
Orang yang suka berjemur kulitnya hitam. Gadis itu berkulit hitam, karena itu tentulah ia suka berjemur.
c. Fallacy of illcit process (kekeliruan karena proses tidak benar).
Kekeliruan berpikir karena term premis tidak mencakup (undistributed) tetapi dalam konklusi mencakup.
Contoh: Gajah adalah binatang. Ular bukanlah gajah, karena itu ular bukanlah binatang.
d. Fallacy of two negative premises (kekeliruan karena menyimpulkan dari dua premis negative).
Kekeliruan berpikir karena mengambil kesimpulan dari dua premis negative. Apabila terjadi demikian sebenarnya tidak bisa di tarik konklusi.
Contoh: tidak satu pun barang yang itu murah dan semua barang di toko itu adalah tidak murah, jadi kesemua barang di toko itu adalah baik.
e. Fallacy of affirming the consequent (kekliruan karena mengakui akibat).
Kekeliruan berpikir dalam silogisme hipotetika karena membenarkan akibat kemudian membenarkan pula sebabnya.
Contoh: Bila presiden A terpilih, Ekonomi akan lebih baik, Sekarang ekonomi lebih baik, jadi presiden A terpilih.
f. Fallacy of denying antecedent (kekeliruan karena menolak sebab).
Kekeliruan berpikir dalam silogisme hipotetika karena mengingkari sebab kemudian disimpulkan bahwa akibat juga tidak terlaksana.
Contoh: jika presiden datang maka semua orang kkan mengerumuni, sekarang presiden tidak datang, jadi orang-orang tidak mengerumuni.
g. Fallacy of Disjunction (kekeliruan dalam bentuk disyungtif).
Kekeliruan berpikir terjadi dalam silogisme disyungtif karena mengingkari alternative pertama, kemudian membenarkan alternative lain. Padahal menurut patokan, pengingkaran alternative pertama, bisa juga tidak terlaksananya alternative yang lain.
Contoh: Ani pergi ke Jepara atau ke Kudus. Ternyata Ani tidak ada di Jepara.Berarti Ani di Kudus. (padahal bisa saja Ani tidak di Jepara maupun di Kudus.
h. Fallacy of Incosistency (kekeliruan karena tidak konsisten).
Kekeliruan berpikir karena tidak runtutnya pernyataan yang satu dengan pernyataan yang diakui sebelumnya.
Contoh: Tugas makalah saya sudah sempurna, hanya saja saya harus melengkapi sedikit kekurangannya.
2. Kekeliruan Informal.
Pada kerancuan informal tidak terjadi pelanggaran terhadap aturan-aturan formal dalam berargumen, sekurang-kurangnya tidak terjadi pelanggaran secara langsung terhadap aturan aturan formal.Meskipun demikian, kesimpulan yang diajukan atau ditarik sesungguhnya tidak mendapat dukungan premis-premis yang diajukan dalam argument yang bersangkutan.[3]Berikut dibawah ini adalah kekeliruan informal:
a. Fallacy of Hasty Generalization (kekeliruan karena membuat generalisasi yang terburu-buru)[4].
Yaitu, mengambil kesimpulan umum dari kasus individual yang terlampau sedikit, sehingga kesimpulan yang ditarik melampaui batas lingkungannya.
Contoh: Dia seorang yang cantik, mengapa sombong?.Kalau begitu orang cantik memang sombong.
b. Fallacy of Forced Hypothesis (kekeliruan karena memaksakan praduga).
Yaitu, kekeliruan berpikir karena menetapkan kebenaran suatu dugaan.
Contoh: Seorang mahasiswa pergi ke kampus dengan wajah dan pakaian lusuh sekali, seorang temannya menyatakan bahwa itu semua adalah kebiasaan yang sering sekali dilakukan dalam kehidupanya, padahal sebenarnya wajah dan baju lusuh itu karena akibat sakit.
c. Fallacy of Begging the Question (kekeliruan karena mengundang permasalahan).
Yaitu kekeliruan berpikir karena mengambil konklusi dari premis yang sebenarnya harus dibuktikan dahulu kebenarannya.
Contoh: Pengacara X memang luar biasa hebatnya(disini orang hendak membuktikan bahwa pengacara X memang hebat dengan banyaknya Clien, tanpa bukti kualitasnya diuji terlebih dahulu ).
d. Fallacy of Circular Argument (kekeliruan karena menggunakan argument yang berputar).
Yaitu kekeliruan berpikir karena menarik konklusi dari satu premis kemudian konklusi tersebut dijadikan sebagai premis sedangkan premis semula dijadikan konklusi pada argument berikutnya. Contoh: Prestasi kampus X semakin menurunkarena banyaknya mahasiswa yang malas. Mengapa banyak mahasiswa yang malas ?karena prestasi kampus menurun.
e. Fallacy of Argumentative leap (kekeliruan karena berganti dasar).
Yaitu kekeliruan berpikir karena mengambil kesimpulan yang tidak diturnkan dari premisnya.Jadi mengambil kesimpulan melompat dari dasar semula.
Contoh: Pantas ia memeiliki harta yang melimpah, sebab ia cantik dan berpendidikan tinggi.
f. Fallacy of Appealing to Authority(kekeliruan karena mendasarkan pada otoritas).
Yaitu kekeliruan berpikir karena mendasarkan diri pada kewibawaan atau kehormatan seseorang tetapi dipergunakan untuk permasalahan di luar otoritas ahli tersebut.
Contoh: Shampo merk X sangat baik mengatasi kerontokan, sebab Agnes Monica mengatakan demikian.
(Agnes Monica adalah seorang penyanyi, ia tidak mempunyai otoritas untuk menilai baik tidaknya shampoo sebab ia adalah penyanyi bukan pakar kesehatan rambut).
g. Fallacy of Appealing to force (kekeliruan karena mendasarkan diri pada kekuasaan).
Yaitu kekeliruan berpikir karena berargumen dengan kekuasaan yang dimiliki, seperti menolak pendapat/argument seseorang dengan menyatakan seperti ini.
Contoh: Anda masih saja membantah dan tidak terima dengan pendapatku, kamu itu siapa dan sejak kapan kamu duduk sebagai anggota Dewan ?, aku ini sudah lebih lama dari pada kamu.
h. Fallacy of Abusing (kekeliruan karena menyerang pribadi).
Yaitu, kekeliruann berpikir karena menolak argument yang dikemukakan seseorang dengan menyerang pribadinya.
Contoh: Jangan dengarkan pendapatnya tuan X karena ia pernah masuk penjara.
i. Fallacy of Ignorance (kekeliruan karena kurang tahu).
Yaitu kekeliruan berpikir karena menganggap bila lawan bicara tidak bisa membuktikan kesalahan argumentasinya, dengan sendirinya argumentasi yang dikemukakannya benar.
Contoh: kalaukau tidak bisa membuktikan kalau setan itu tidak ada, maka jelaslah pendapatku benar bahwa setan itu tidak ada.
j. Fallacy of Complex question (kekeliruan karena pertanyaan yang ruwet).
Yaitu kekeliruan berpikir karena mengajukan pertanyaan yang bersifat menjebak.
Contoh: apakah engkau sudah menghentikan kebiasaan memukuli istrimu? (pertanyaan ini menjebak karena jika dijawab “Ya” maka berarti si suami pernah memukuli istrinya. Jika dijawab “Tidak” maka berarti si suami terus memukuli istrinya.Padahal barangkali si suami tidak pernah memukuli istrinya).
k. Fallacy of oversimplification (kekeliruan karenan alasan terlalu sederhana).
Yaitu kekeliruan berpikir karena berargumen dengan alasn yang tidak kuat atau tidak cukup bukti.
Contoh: Dia adalah siswa terpandai di kelasnya, karena dia mempunyai banyak teman.
l. Fallacy of Accident (kekeliruan karena menetapkan sifat).
Yaitu kekeliruan berpikir karena menetapkan sifat bukan keharusan yang ada pada suatu benda bahwa sifat itu tetap ada selamanya. Contoh: Bahan hidangan untuk pesta besok sudah dibeli tadi pagi. Bahan hidangan untuk pesta yang dibeli tadi pagi sudah busuk. Jadi, hidangan untuk pesta sekarang sudah busuk.
m. Fallacy of irrelevant argument (kekeliruan karena argument yang tidak relevan). Yaitu kekeliruan berpikir karena mengajukan argument yang tidak ada hubungannya dengan masalah yang jadi pokok pembicaraan.
Contoh: Kau tidak mau mengenakan baju yang aku belikan. Apakah engkau mau telanjang ke perjamuan itu?
n. Fallacy of false analogy (kekeliruan karena salah mengambil analogi).
Yaitu kekeliruan berpikir karena menganalogikan dua permasalahan yang kelihatannya mirip, tetapi sebenarnya berbeda secara mendasar.
Contoh: Manusia butuh makanan agar tetap hidup, itu berarti sepeda motor juga perlu makanan untuk dapat hidup.
o. Fallacy of Appealing to Pity (Kekeliruan karena mengundang belas kasih ).
Yaitu kekeliruan berpikir karena menggunakan uraian yang sengaja menarik belas kasihan untuk mendapatkan konklusi yang di harapkan.
Contoh: dalam kasus seorang anak muda yang diadili karena membunuh ibu ayahnya sendiri dengan kapak, memohon kepada hakim untuk memberikan keringanan hukuman dengan alasanbahwa ia adalah seorang yatim piatu.
3. Kekeliruan Karena Penggunaan Bahasa.
Kesesatan ini terjadi karena kurang tepatnya kata-kata, frase-frase, atau kalimat-kalimat yang dipakai untuk mengekspresikan pikiran.[5] Kekeliruan ini terbagi menjadi lima macam yaitu:
a. Ekuivokasi
Dalam setiap bahasa selalu terdapat perkataan-perkataan yang mempunyai lebih dari satu arti. Kerancuan ekuivokasi akan terjadi, jika perkataan yang sama digunakan dalam arti yang berbeda di dalam konteks yang sama.[6]
Contoh: Semua bintang adalah benda astronomis. Jhonny Deep adalah seorang bintang.Jadi, Jhonny Deep adalah suatu benda astronomis.
b. Amphiboly
Kesesatan ini terjadi bukan karena penggunaan suatu kata yang ambigu, tetapi karena penggunaan suatu frase atau suatu kalimat lengkap yang ambigu.[7]
Contoh: Terbungkus dalam sebuah Koran gadis cantik itu membawa tiga potong pakaiannya yang baru.
c. Aksentuasi
Kesesatan ini terjadi karena suatu aksen yang salah atau karena suatu tekanan yang salah dalam pembicaraan.Suatu tekanan suara yang salah diletakkan pada suatu kata yang diucapkan sehingga menyesatkan, membingungkan, atau menghasilkan suatu interpretasi yang salah[8].
Contoh: Ibu, ayah pergi (yang hendak dimaksud adalah ibu dan ayah si pembicara sedang pergi. Tetapi karena ada penekanan pada kata ibu, maknanya menjadi pemberitahuan pada ibu bahwa ayah baru saja pergi).
d. Komposisi
Kesesatan ini terjadi karena penyebutan secara kolektif apa yang seharusnya disebut secara individual.
Contoh: Kuda tersebar di seluruh dunia.
Tiap-tiap bagian dari sebuah mobil adalah ringan, karena itu mobil adalah benda ringan.
e. Divisi
Kesesatan ini terjadi ketika kita menyebut secara individual apa yang seharusnya disebut secara kolektif.
Contoh: Sebuah mobil adalah berat, karena itu tiap-tiap bagian dari mobil adalah berat.
EmoticonEmoticon