Senin, 07 November 2016

Resensi Buku Akhlak Tasawuf



Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan resensi buku yang berjudul “AKHLAK TASAWUF” tepat pada waktunya. Shalawat serta Salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Baginda Nabi Agung Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Dalam penyusunan resensi buku ini, penulis menyadari telah melibatkan banyak pihak turut serta berpartisipasi baik langsung maupun tidak langsung. Partisipasi yang membawa andil dalam penulisan ini berupa bimbingan, motivasi maupun materi yang tiada ternilai harganya bagi penulis. Guna menghargai seluruh kontribusi yang telah diberikan pihak-pihak yang terkait. Sudah selayaknya penulis menyampaikan rasa terimakasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Drs. H. Barowi, M.Ag. selaku dosen mata kuliah Ilmu Tasawuf

2. Kedua orang tua yang selalu mendo’akan serta mendukung saya dari belakang menuju kesuksesan.

Adapun tujuan penulisan resensi ini adalah untuk memenuhi tugas individu mata kuliah “Ilmu Tasawuf” pada semester genap. Saya berharap resensi ini dapat memberikan manfaat serta suatu dampak positif bagi kita semua.

Resensi buku Akhlak Tasawuf ini memang jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan arah yang lebih baik. Semoga buku ini dapat membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca serta menambah pengetahuan dan semoga dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin..

Jepara, 27 Juni 2015





Identitas Data Buku


Judul Buku : AKHLAK TASAWUF
Pengarang : Dr. H. Jamil, MA.
Penerbit : Referensi
ISBN : 978-979-915167-4
Edisi/cet : Pertama
Tahun Terbit : 2013
Bahasa : Indonesia
Jumlah Halaman : xii + 244 hlm.
Jumlah Bab : 12 Bab
Kategori : Agama
Design Cover : Kultural
Layout Isi : Rio QQQ
Ukuran : 14,8 x 21 cm

Pendahuluan


Ulasan Pembahasan

Bab I : AKHLAK


A. Pengantar

Misi risalah yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW adalah menyampaikan kepada dunia tentang keesaan Allah dan upaya memperbaiki kondisi kehidupan manusia dalam bingkai Islam sekaligus memperbaiki akhlak manusia.

B. Pengertian Akhlak

Akhlak adalah suatu keadaan dalam jiwa yang tetap yang memunculkan suatu perbuatan secara mudah dan ringan tanpa perlu pertimbangan pikiran dan analisa.

C. Ruang Lingkup Akhlak

Akhlak dapat dimanifestasikan ke dalam berbagai ruang lingkup seperti:

1. Akhlak terhadap Khaliq (Pencipta)

Sikap ini dimanifestasikan dalam bentuk kepatuhan menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

2. Akhlak terhadap Makhluk

Dalam konteks hubunga sesama muslim, maka Rasulullah SAW mengumpamakan bahwa hubungan tersebut sebagai sebuah anggota tubuh yang saling terkait dan merasakan penderitaan jika salah satu organ tubuh tersebut mengalami sakit.

D. Akhlak Kepada Lingkungan

Manusia adalah makhluk Allah sejak dahulu merasa mampu melaksanakan amanah yang diberikan Allah kepadanya baik dalam bentuk peribadahan kepada Allah maupun memelihara bumi dan langit tersebut dari kerusakan yang dibuat oleh tangan mereka.

E. Perbedaan Akhlak, Etika dan Moral

Etika membahas perbuatan manusia namun bersumber pada akal pikiran dan filsafat. Moral adalah sebuah ukuran baik dan buruk yang diakui oleh sebuah komunitas masyarakat atau kelompok tertentu yang menyepakatinya baik didasarkan pada agama atau tidak.

F. Kajian Akhlak Dalam Lintasan Sejarah

Kajian akhlak dalam sejarah dapat ditemukan pada sejarah Yunani. Kajian-kajian ini berkutat pada masalah etika, moral, dan tingkah laku yang bersumber pada pemikiran tokoh-tokohnya seperti Socrates, Plato dan Aristoteles dan di era Islam dengan tokoh-tokohnya yaitu Al-Ghazali, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Mikawaih.

G. Kedudukan Akhlak Dalam Ajaran Islam

Ajaran Islam terdiri dari tiga komponen yaitu Islam, Iman dan Ihsan, tiga komponen tersebut saling terkait dan dapat dianggap sebagai sebuah tindakan akhlak terpuji.

H. Akhlak Terpuji dan Tercela

Akhlak terpuji meliputi karakter-karakter yang diperintahkan Allah dan Rasul seperti: rasa belas kasihan dan lemah lembut, pemaaf, dapat dipercaya dan menepati janji, manis muka dan tidak sombong, malu, sabar, tolong-menolong dan lain-lain.

Sedangkan akhlak tercela meliputi: egois, kikir, berdusta, khianat, pengecut, menggunjing, dengki, berbuat kerusakan, berlebih-lebihan, berbuat zalim dan berbuat dosa besar.

I. Kriteria Seseorang Telah Mencapai Tingkatan Akhlak Terpuji

Empat kriteria seseorang telah mencapai tingkatan akhlak terpuji menurut Imam Ghozali adalah: bijaksana, menjaga kesucian diri, berani dan adil.

J. Hubungan Akhlak dan Tasawuf

Akhlak merupakan awal perjalanan tasawuf, sedang tasawuf merupakan akhir perjalanan akhlak.

K. Urgensi Akhlak di Jaman Modern

Kehidupan modern yang cenderung bisa menyebabkan dehumanisasi (tercerabutnya nilai-nilai kemanusiaan) dan alienasi (merasa terasing dalam kehidupan) memerlukan terapi konkret berupa keharusan manusia untuk dekat kepada Allahda memperbaiki hubungan sosialnya dengan manusia lain.

L. Akhlak Dalam Kehidupan Keluarga

Keluarga sebagai organisasi sosial terkecil memainkan peran yang signifikan dalam menyebarkan nilai-nilai akhalak kepada masyarakat. Sebuah komunitas masyarakat yang dilandasi nilai-nilai akhlak yang mulia biasanya diawali dari keluarga-keluarga yang memiliki akhlak yang baik.

Bab 2: Pengertian, Dasar-Dasar & Sejarah Asal Usul Tasawuf


A. Memahami Arti dan Tujuan Tasawuf

Kata tasawuf berkonotasi pada kebijakan, keucian hati dari godaan hawa nafsu, memutuskan ketergantungannya dengan kehidupan material yang dapat mengganggu hubungan dengan Tuhan, hidup dalam kezuhudan dan menenggelamkan diri dalam ibadah sehingga semakin dekat dengan-Nya.

Tasawuf berkutat pada kegiatan-kegiatan pembersihan jiwa, mengisinya dengan sifat-sifat terpuji, cara-cara suluk dan mendekatkan diri dan berada di hadirat Allah.

B. Dasar-Dasar Ajaran Tasawuf Dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kitab yang di dalamnya ditemukan sejumlah ayat yang berbicara atau paling tidak berhubungan dengan hal-hal yang terdapat di dalm tasawuf di antaranya sebagai berikut:

واذكر الله كثيرًا لعلّكم تفلحون (الأنفال: ٤٥)

“dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung”

C. Dasar-Dasar Dari Sunnah Rasulullah SAW

Ajaran tasawuf pada dasarnya digali dari Al-qur’an dan Al-Sunnah, karena amalan para sahabat, tidak keluar dari ajaran Al-Qur’an dan Al-Sunnah, seperti hadist ini:

.....أعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك (متفق عليه)

“sembahlah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila engkau tidak melihat-Nya, maka Ia pasti melihatmu. (HR. Bukhari dan Muslim).

D. Kontroversi Asal Usul Tasawuf

1. Unsur Nashrani

Dari literatur tasawuf terlihat bahwa ada beberapa hal yang dikatakan bersumber dari agama Nasrani. Di antaranya sifat fakir, karena menurut keyakinan Nashrani bahwa Isa adalah orang yang fakir dan Injil juga disampaikan kepada orang fakir.

2. Unsur Hindu-Budha

Paham fana yang ada dalam tasawuf dikatakan hampir sama dengan nirwana dalam agama Budha, dimana agama Budha mengajarkan pemeluknya untuk meninggalkan dunia dan memasuki hidup kontemplatif.

3. Unsur Yunani

Ada penetrasi budaya Yunani ke dalam budaya Islam lewat bacaan-bacaan yang diterjemahkan. Disadari atau tidak bacaan-bacaan tersebut telah mempengaruhi orang-orang Islam khususnya dalam bidang filsafat.

4. Unsur Persia

Belum ditemukan dalil yang kuat yang menerangkan bahwa kehidupan rohani Persia telah masuk ke tanah Arab. Yang jelas adalah kehidupan kerohanian Arab masuk ke Persia melalui ahli-ahli tasawuf.

E. Komentar

Jika tasawuf diidentikkan dengan khouf, raja’, zuhud, tawakkal, ridha, mahabbah, ma’rifah dan lainnya, maka Rasulullah dan para sahabatnya telah mempraktekkan hal ini. Mereka bisa mengamalkan hal itu tanpa dengan buku-buku Persia, Hindu-Budha dan lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tasawuf bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Sunnah, meskipun dalam perkembangannya mungkin banyak pengaruh-pengaruh asing dan sudah bnyak perubahan.

F. Istilah Syari’at Dan Hakikat

Syari’at meliputi seluruh aspek kehidupan, baik aqidah, ibadah maupun mu’amalah dan juga akhlak. Di kalangan para sufi, syari’at berarti amal ibadah lahiriah (eksoterik).

Hakikat dalam pandangan tasawuf adalah inti atau rahasia yang paling dalam dari syari’at dan akhir dari perjalanan yang ditempuh oleh seorang sufi.

Bab 3: Pengenalan Tasawuf Akhlaqi dan Falsafi


A. Sejarah Ringkas

Tasawuf dibagi menjadi dua bagian: tasawuf akhlaqi (konsentrasinya pada teori-teori perilaku, akhlak atau budi pekerti) dan dikembangkan oleh ulama-ulama salaf, dan tasawuf falsafi (yang didasarkan pada gabungan teori-teori tasawuf dan filsafat dikembangkan oleh ahli sufi sekaligus filosof.

1. Abad Pertama dan Kedua Hijriyah

Pada periode ini tasawuf masih dalam bentuk kehidupan asketis (zuhud). Tokoh-tokohnya dari golongan sahabat yaitu Salman Al-Farisi, Abu Dzar Al-Ghifari, Ammar bin Yasir, Hudzaifah bin Al-Yaman dan lain-lain. Dan dari golongan tabi’in yaitu Hasan Al-Bashri, Malik bin Dinar, Ibrahim bin Adham, Rabi’ah Al-Adawiyah dan lain-lain.

2. Abad Ketiga dan Keempat Hijriyah

Tasawuf mulai berkembang dan di fokuskan kepada tiga hal: a) jiwa tasawuf yang berisi cara pengobatan jiwa, b) akhlak, tasawuf yang berisi teori-teori tentang bagaimana berakhlak mulia dan menghilangkan akhlak buruk, c) metafisika, tasawuf yang berisi teori ketunggalan hakikat Ilahi atau kemutlakan Tuhan. Tokoh-tokohnya Ma’ruf Al-Karkhi, Surri Al-Saqti, Dzun Nun Al-Mishri, Abu Yazid Al-Busthami dan lain-lain.

3. Abad Kelima Hijriyah

Pada periode ini lahirlah seorang tokoh sufi besar Al-Ghazali yang melancarkan kritik-kritik tajam terhadap berbagai aliran filsafat dan kepercayaan kebatinan dan berupaya mengembalikan tasawuf kepada ajaran yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Tokoh-tokohnya adalah Al-Qusyairi dan Al-Harawi.

4. Abad Keenam dan Ketujuh Hijriyah

Kembali munculnya tokoh-tokoh sufi yang memadukan tasawuf dengan filsafat dengan teori-teori yang tidak murni tasawuf dan juga tidak murni filsafat yang lebih dikenal dengan nama tasawuf falsafi. Tokohnya adalah As-Suhrawardi, Mahyuddin Ibn ‘Arabi, Ibn Sab’in dan lain-lain.

5. Abad Kedelapan Hijriyah dan seterusnya

Pada periode ini tasawuf mengalami kemunduran, itu semua karena orang-orang yang berkecimpung di dalam tasawuf kegiatannya terbatas pada komentar-komentar atau meringkas buku-buku tasawuf terdahulu serta memfokuskan pada aspek-aspek praktek ritual yang lebih berbentuk formalitas sehingga semakin jauh dari substansi tasawuf.

B. Tasawuf Akhlaqi

Adalah tasawuf yang berkonsentrasi pada perbaikan akhlak. Untuk menghilangkan penghalang yang membentengi manusia dengan Tuhannya, ada tiga tahapan yang harus dijalani yaitu:

1. Takhalli, yaitu usaha membersihkan diri dari semua perilaku tercela, baik maksiat batin maupun maksiat lahir.

2. Tahalli, yaitu tahapan pengisian jiwa setelah dikosongkan dari akhlak-akhlak tercela.

3. Tajalli, yaitu tersingkapnya nur ghaib.

Untuk melanggengkan dan memperdalam rasa kedekatan dengan Tuhan, para sufi mengajarkan munajat, muhasabah, muraqabah, kastrat al-dzikr, dzikr al-maut dan tafakkur.

C. Tasawuf Falasafi

Tasawuf jenis ini tidak dapat dikategorikan sebagai tasawuf dalam arti yang sesungguhnya karena teori-teorinya lebih berorientasi pada pantheisme. Juga tidak dapat dikatakan sebagai filsafat dalam artian yang sebenarnya karena teori-teorinya juga didasarkan kepada rasa atau dzauq.



Bab 4: Maqamat dan Ahwal


A. Maqamat (Stages)

Maqamat adalah tingkatan seorang hamba di hadapan Tuhannya dalam hal ibadah dan latihan-latihan jiwa yang dilakukannya. Maqamat meliputi: taubat, zuhud, sabar, tawakkal dan ridha.

B. Ahwal (States)

Ahwal adalah suatu kondisi keadaan jiwa yang diberikan Allah tanpa upaya dari orang yang berkenaan. Ahwal meliputi: muraqabah, mahabbah, khawf (takut), raja’ (berharap), al-syauq (rindu) dan al-uns (intim).

C. Metode Irfani

Penyingkapan pengetahuan dengan sarana qalb yang suci merupakan lingkup irfaniyah, di mana ma’rifah hanya dapat diperoleh seseorang setelah memiliki qalb yang suci. Dalam metode irfani ada beberapa tahapan untuk mencapai ma’rifah yaitu riyadhah, tafakkur, tazkiyah al-nafs dan dzikrullah.

Bab 5: Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Kalam, Filasafat, Fiqih dan Ilmu Jiwa Agama


A. Ilmu Dalam Pandangan Kaum Sufi

Ilmu dalam Islam dibagi atas dua bagian yaitu ilm al-muktasab (diperoleh lewat proses pembelajaran) dan ilm ladunni (tanpa proses pembelajaran). Para sufi sangat menghargai ilm muktasab, hal ini terlihat dari guru-guru kaum sufi yang mencapai tingkatan tinggi dalm penguasaan berbagai ilmu seperti Imam Ghazali, Ibn ‘Arabi dan lain-lain. kalaupun ada yang tidak menghargai atau bahkan mengecam ilmu, maka itu hanya dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu.

B. Hubungan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Kalam

Ilmu kalam menjelaskan bahwa Allah itu Esa, Maha Pengasih dan Penyayang, maka ilmu tasawuf mengemukakan bahasan bagaimana merasakan Esa dan kasih sayang Tuhan tersebut.

C. Hubungan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Fiqh

Ilmu tasawuf memberikan unsur-unsur batiniyah kepada fiqih. Fiqih akan terasa sangat lahiriyah dan formalistik atau terasa amar kering tanpa tasawuf. Sebaliknya fiqh pula memberikan aturan-aturan yang dengannya tasawuf terhindar dari kebenaran sendiri yang batiniyah tanpa memerhatikan aturan-aturan lahiriyah.

D. Hubungan Ilmu Tasawuf Dengan Filasafat

Filsafat telah memberikan sumbangan dalam dunia tasawuf. Kajian-kajian filsafat tentang roh banyak dikembangkan dalam tasawuf, khususnya tasawuf falsafi.

E. Hubungan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Jiwa

Di dalam tasawuf juga dibahas hubungan antara jiwa dan jasmani. Hal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana hubungan perilaku manusia dengan dorongan yang dimunculkan oleh jiwanya sehingga perbuatan tersebut dapat terjadi.

Bab 6: Tasawuf Akhlaqi


A. Hasan Al-Basri

Nama lengkapnya, Abu Sa’id Al-Hasan bin Yasar lahir di Madinah 21 H (642 M), dan meninggal di Bashrah 110 H (728 M). beliau terkenal di kalangan tabi’in sebagai orang yang zahid. Kezahidannya didasarkan kepada rasa takut (khouf) yang mendalam kepada Allah.

B. Al-Muhasibi

Nama lengkapnya Abu Abdillah Al-Haris bin Asad Al-Bashri Al-Muhasibi (165-243 H) lahir di Bashrah. Beliau adalah seorang sufi yang menyatukan antara ilmu syari’at dan ilmu hakikat.

C. Al-Qusyairi

Nama lengkapnya ‘Abd Al-Karim bin Hawazin Qusyairi, lahir di Istiwa’ Nais (376-465 H). Beliau mengadakan pembaharuan terhadap tasawuf, Ia mengemukakan konsep-kkonsep mengompromikan antara syari’at dan hakikat, antara dzahir dan yang bathin dengan senantiasa berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah.

D. Al-Ghazali

Beliau adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ta’us Al-Tusi Al-Syafi’i Al-Ghazali. Lahir di Gazalah daerah Tus wilayah Khurusan Iran. Dalam tasawuf Al-Ghazali memilih tasawuf sunni yang berdasarkan doktrin Ahl As-Sunnah wal Jama’ah. Dia menjauhkan tasawufnya dari kecenderungan gnostis dan teori-teori ketuhanan menurut Aristoteles (emanasi dan penyatuan).

Bab 7: Tasawuf Irfani


A. Rabi’ah al-Adawiyah

Rabi’ah Al-Adawiyah dianggap sebagai seorang sufi yang meletakkan dari konsep zuhud berdasarkan cinta (al-hubb).

B. Dzun al-Nun al-Mishri

Beliau adalah orang pertama di Mesir yang membicarakan masalah ahwal dan maqamat para wali. Beliau juga dipandang sebagai bapak faham ma’rifah. Menurutnya ma’rifah ada tiga macam 1. ma’rifah orang awam, 2. ma’rifah para teolog da filosof, 3. ma’rifah para wali-wali Allah.

C. Al-Junaid

Al-Junaid terkenal dengan konsep tauhidnya yang didasarkan pada kefanaan. Dimana pemahaman akan hakikat Allah tidak akan dapat dicapai dengan akal fikiran tetapi melalui kefanaan yang mana kefanaan ini sendiri adalah pemberian dari Tuhan.

D. Al-Bustami

Di dalam sejarah perkembangan tasawuf, Abu Yazid dianggap sebagai pembawa faham fana’ dan baqa’ dan sekaligus pencetus faham ittihad.

E. Al-Hallaj

Ada tiga ajaran pokok tasawuf Al-Hallaj yaitu: (1) hulul, (2) haqiqah Muhammadiyah dan (3) wahdah al adyan.

Bab 8: Tasawuf Falsafi


A. Ibn ‘Arabi

Di antara ajaran terpenting Ibn ‘Arabi adalah wahdat al-wujud, yaitu faham bahwa manusia dan Tuhan pada hakikatnya adalah satu kesatuan wujud.

B. Al-Jilli

Al-Jilli termasuk dalam kelompok sufi yang berpandanga bahwa yang ada ini adalah tunggal, semua perbedaan pada hakekatnya hanyalah modus, aspek dan manifestasi fenomenal (lahiriyah) dari realitas tunggal tersebut. Allah adalah substansi dari yang ada ini. Substansi yang dinamakan Al-Jilli dengan Zat Mutlak ini, memanifestasikan diri melaluui tiga taraf, yaitu: ahadiyah, huwiyah dan aniyah.

C. Ibn Sab’in

Ibn Sab’in mempunyai teori al-ihathah yaitu bahwa wujud secara keseluruhan adalah satu kesatuan. Menurutnya wujud berdasarkan jenisnya terbagi tiga: 1. Wujud muthlaq, yaitu Allah sendiri, 2. Wujud muqayyad, suatu wujud zat yang bergantung kepada wujud lainnya, 3. Wujud muqaddar, segala peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Bab 9: Seputar Tarekat (Thariqah)


A. Pengertian Tarekat



B. Tarekat Yang Berkembang Di Indonesia

C. Argumentasi Beberapa Praktek Praktis Tarekat

Bab 10: Tasawuf di Indonesia


A. Aliran Tasawuf Falsafi (Hamzah Al-Fansuri)

B. Aliran Tasawuf Sunni (Ar-Raniri Dan Al-Palembani)

1. Ar-Raniri

2. Al-Palembani

C. Tasawuf Modern (Hamka)

Bab 11: Seputar Tasawuf Syar’i


A. Meluruskan Penyimpangan

1. Syari’ah Dan Haqiqah (Hakikat)

2.

3. Motivasi Ibadah

4. Wahdat Al-Wujud

5. Hormat Kepada Syaikh

6. Jihad

7. Pengangguran

8. Komentar

B. Merumuskan Landasan Tasawuf Syar’i

Bab 12: Penutup




Kelebihan

1. Kelebihan dari buku ini adalah mampu memberikan informasi tentang akhlak, mulai dari pengertian secara umum hingga pada hal-hal yang sangat penting dalam proses pembentukan akhlak al-karimah.

2. Terdapat keterangan pada kata-kata asing.

3. Penjelasannya sangat rinci.

4. Dalam penjelasanya memberikan ta’rifnya secara teologis dan dapat menggambarkan dalam sejarah-sejarahnya.

Kekurangan

1. Sebagian ayat Al-Qur’an, lafadz hadist dan maqolah ulama ada yang berharakat dan ada yang tidak berharakat.

2. Bahasanya sedikit sulit difahami dalam segi pengertianya

3. Masih adanya kesalahan penulisan di beberapa tempat.

4. Biografi pengarang tidak dicantumkan, jadi kurang bisa memahami sejarah sekaligus back ground dari penulis sendiri.

5. Tidak adanya indeks untuk kata-kata yang sulit dimengerti.

6. Tidaka adanya Glosarium sebagai penjelasan dalam kaliamat yang sulit untuk difahami.





Penutup


Alhamdulilah telah sampailah pada akhir bacaan resensi dalam buku Akhlak tashawuf, semoga pembaca dapat lebih jeli dalam membaca dan memberikan penilaian serta pandangan dalam bebagai sudut pandang. Karena dapat menjadi tolak ukur pemahaman isi dalam buku yang sudah dibaca.

Harapan penulis semoga bisa diberikan saran, da nada keperdulian sehingga menimbulkan kritikan untuk penulis supaya dapat lebih menghasilkan resnsi yang sempurna, walaupun dalam resnsi yang telah dibuat sangat jauh dari kata sempurna.


EmoticonEmoticon