SEJARAH ISLAM DI INDONESIA
Sejarah Islam DI Indonesia |
A. Pendahuluan
Indonesai adalah negara dengan penduduk terbesar di dunia setelah Tiongkok, Amerika dan India. Indonesia memiliki penduduk sekita 14 juta jiwa yang mayoritas penduduknya adalah Islam. Hal ini menjadikan negara Indonesia sebagai negara yang memiliki penduduk Muslim terbesar di dunia. Tentu hal tersebut menarik banyak kalangan untuk diteliti. Bagaimana bisa negara yang sebenarnya bukan negara Arab memiliki penduduk yang mayoritas Muslim. Banyak yang mengatakan Islam di Indonesia memiliki ciri khas dengan negara-negara lainnya apalagi Arab. Perbedaan Islam di Indonesia yang moderat dengan penyebaran yang nyaris tanpa adanya kekerasan tentunya menarik untuk dikaji.
Proses penyebaran Islam merupakan proses yang penting dalam sejarah Indonesia. Ada banyak teori mengenai kapan, dimana, dan bagaimana Islam menyebar dan berkembang di Indonesia. Teori tersebut diperdebatkan oleh banyak sejarawan yang tidak mungkin mencapai suatu kesimpulan yang pasti, karena sedikitnya bukti yang tidak cukup informatif untuk dijadikan sebuah landasan teori.
Dengan berbagai dinamika dan lika-liku permasalahan yang diuraikan di atas, penulis berusaha mencoba menjawab sedikit mengenai hal tersebut dalam makalah ini. Penulis akan menguraikan situasi peradaban Islam, kesultanan-kesultanan di Indonesia serta peninggalan peradaban masa kesultanan Islam pra penjajahan kolonial Belanda.
Proses penyebaran Islam merupakan proses yang penting dalam sejarah Indonesia. Ada banyak teori mengenai kapan, dimana, dan bagaimana Islam menyebar dan berkembang di Indonesia. Teori tersebut diperdebatkan oleh banyak sejarawan yang tidak mungkin mencapai suatu kesimpulan yang pasti, karena sedikitnya bukti yang tidak cukup informatif untuk dijadikan sebuah landasan teori.
Dengan berbagai dinamika dan lika-liku permasalahan yang diuraikan di atas, penulis berusaha mencoba menjawab sedikit mengenai hal tersebut dalam makalah ini. Penulis akan menguraikan situasi peradaban Islam, kesultanan-kesultanan di Indonesia serta peninggalan peradaban masa kesultanan Islam pra penjajahan kolonial Belanda.
B. Situasi Peradaban Islam Masa Kesultanan di Indonesia
Penduduk kepulauan Nusantara (Indonesia saat ini) sebelum datangnya agama Islam sebagian besar penduduknya sudah memiliki kepercayaan Hinduisme, Budhaisme, animisme dan dinamisme. Namun pada peradaban berikutnya hal itu berbalik arah, mayoritas penduduk Indonesia saat ini beragama Islam. Proses transformasi kepercayaan ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama, ada dua teori besar mengenai kapan proses Islamisasi ini dimulai. Dua teori tersebut menyatakan bahwa Islam masuk di Indonesia pada abad ke 7 M dan teori lainnya menyatakan Islam masuk di Indonesia pada abad ke 13 M.[1]
Teori pertama, Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi atau abad pertama Hijriah, pendapat ini dikemukakan sejarawan seperti H. Agus Salim, M. Zainil Arifin Abbas, Hamka, dll. Pendapat ini didasarkan pada berita Tiongkok zaman Dinasti Tang. Berita ini mencatat bahwa abad ke-7 M terdapat pedagang Muslim di Desa Baros, daerah barat Sumatera Utara. Seorang orientalis Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History, menuliskan bahwa: orang Islam yang mengunjungi Indonesia pertama kali kemungkinan besar adalah saudagar Arab pada abad ke 7 M yang singgah di Sumatera dalam perjalan menuju ke Tiongkok.[2]
Pendapat ini juga sama dengan hasil “Seminar Masuknya Islam di Indonesia” di Medan tahun 1963, Islam masuk ke Indonesia sejak abad ke-7 M. Seminar tersebut menghasilkan keputusan sebagai berikut:
1. Menurut sumber-sumber yang kita ketahui, Islam untuk pertama kalinya telah masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriah atau abad ke 7 M langsung dari Arab.
2. Daerah yang pertama didatangi oleh Islam ialah pesisir Sumatera, dan setelah terbentuknya masyarakat Islam, maka raja Islam yang pertama berada di Aceh.
3. Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang Indonesia aktif mengambil bagian.
4. Mubaligh-mubaligh Islam yang pertama-tama itu sebagai penyiar Islam juga sebagai saudagar.
5. Penyiaran Islam di Indonesia dilakukan dengan cara damai.
6. Kedatangan Islam di Indonesia, membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia.
Teori kedua, Islam Masuk Indonesia pada abad ke 13. Pendapat ini dikemukakan oleh para sarjana, antara lain N.H. Krom dan Van Den Berg. Pendapat tersebut mengacu kepada catatan perjalanan Marcopolo yang menerangkan ia pernah singgah di Perlak pada tahun 1292 M, dan berjumpa dengan orang-orang yang telah menganut agama Islam. Bukti yang memperkuat pendapat ini adalah ditemukannya makan Sultan Samudra Pasai yaitu Sultan Malik al-Saleh yang berangka tahun 1297 M. Jika diurutkan dari barat ke timur, Islam pertama kali masuk di Perlak, Sumatera Utara.[3]
Petunjuk yang paling dapat dipercaya mengenai kapan Islam masuk di Nusantara berupa prasasti-prasasti Islam (kebanyakan batu nisan) dan beberapa catatan musafir. Batu nisan tertua ditemukan di Desa Leran kecamatan Manyar, Gresik Jawa Timur dan berangka tahun 475 H / 1082 M. Batu nisan tersebut adalah makam Fatimah binti Maimun ibn Hibatullah. Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Di samping itu, di Gresik juga ditemukan makam Malik Ibrahim dari Kasyan (suatu tempat di Persia) yang meninggal tahun 822 H/ 1419 M.[4]
Mengenai datang dari mana Islam di Indonesia juga terdapat beberapa teori. Teori pertama menyatakan bahwa Islam datang dari anak benua India. Teori ini diperkenalkan oleh G.W.J. Drewes, menurut Drewes orang-orang Muslim yang menetap di Gujarat dan Malabar itulah yang menyebarkan agama Islam di Nusantara. Kemudian Snouck Hurgronje menambahkan, komunitas Islam di anak benua menyebarkan Islam ke daerah lain dengan cara perdagangan. Teori kedua, Islam datang dari Coromadel dan Malabar, pendapat ini menurut Thomas W. Arnold dan didukung oleh Marisson, menurutnya Islam di Indonesia datang dari Gujarat itu tidak mungkin karena secara politis Gujarat belum memungkinkan menjadi sumber penyebaran ketika itu dan belum menjadi pusat perdagangan yang menguhubungan wilayah Arab dengan Asia Tenggara.[5]
Proses Islamisasi Nusantara berbeda dengan daerah Arab di mana agama Islam sendiri berasal. Penyebaran agama Islam di tanah Arab kebanyakan dengan peperangan dan penaklukan. Sedangkan proses Islamisasi Nusantara dilakukan dengan berbagai bentuk atau cara, antara lain:[6]
Teori pertama, Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi atau abad pertama Hijriah, pendapat ini dikemukakan sejarawan seperti H. Agus Salim, M. Zainil Arifin Abbas, Hamka, dll. Pendapat ini didasarkan pada berita Tiongkok zaman Dinasti Tang. Berita ini mencatat bahwa abad ke-7 M terdapat pedagang Muslim di Desa Baros, daerah barat Sumatera Utara. Seorang orientalis Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History, menuliskan bahwa: orang Islam yang mengunjungi Indonesia pertama kali kemungkinan besar adalah saudagar Arab pada abad ke 7 M yang singgah di Sumatera dalam perjalan menuju ke Tiongkok.[2]
Pendapat ini juga sama dengan hasil “Seminar Masuknya Islam di Indonesia” di Medan tahun 1963, Islam masuk ke Indonesia sejak abad ke-7 M. Seminar tersebut menghasilkan keputusan sebagai berikut:
1. Menurut sumber-sumber yang kita ketahui, Islam untuk pertama kalinya telah masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriah atau abad ke 7 M langsung dari Arab.
2. Daerah yang pertama didatangi oleh Islam ialah pesisir Sumatera, dan setelah terbentuknya masyarakat Islam, maka raja Islam yang pertama berada di Aceh.
3. Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang Indonesia aktif mengambil bagian.
4. Mubaligh-mubaligh Islam yang pertama-tama itu sebagai penyiar Islam juga sebagai saudagar.
5. Penyiaran Islam di Indonesia dilakukan dengan cara damai.
6. Kedatangan Islam di Indonesia, membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia.
Teori kedua, Islam Masuk Indonesia pada abad ke 13. Pendapat ini dikemukakan oleh para sarjana, antara lain N.H. Krom dan Van Den Berg. Pendapat tersebut mengacu kepada catatan perjalanan Marcopolo yang menerangkan ia pernah singgah di Perlak pada tahun 1292 M, dan berjumpa dengan orang-orang yang telah menganut agama Islam. Bukti yang memperkuat pendapat ini adalah ditemukannya makan Sultan Samudra Pasai yaitu Sultan Malik al-Saleh yang berangka tahun 1297 M. Jika diurutkan dari barat ke timur, Islam pertama kali masuk di Perlak, Sumatera Utara.[3]
Petunjuk yang paling dapat dipercaya mengenai kapan Islam masuk di Nusantara berupa prasasti-prasasti Islam (kebanyakan batu nisan) dan beberapa catatan musafir. Batu nisan tertua ditemukan di Desa Leran kecamatan Manyar, Gresik Jawa Timur dan berangka tahun 475 H / 1082 M. Batu nisan tersebut adalah makam Fatimah binti Maimun ibn Hibatullah. Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Di samping itu, di Gresik juga ditemukan makam Malik Ibrahim dari Kasyan (suatu tempat di Persia) yang meninggal tahun 822 H/ 1419 M.[4]
Mengenai datang dari mana Islam di Indonesia juga terdapat beberapa teori. Teori pertama menyatakan bahwa Islam datang dari anak benua India. Teori ini diperkenalkan oleh G.W.J. Drewes, menurut Drewes orang-orang Muslim yang menetap di Gujarat dan Malabar itulah yang menyebarkan agama Islam di Nusantara. Kemudian Snouck Hurgronje menambahkan, komunitas Islam di anak benua menyebarkan Islam ke daerah lain dengan cara perdagangan. Teori kedua, Islam datang dari Coromadel dan Malabar, pendapat ini menurut Thomas W. Arnold dan didukung oleh Marisson, menurutnya Islam di Indonesia datang dari Gujarat itu tidak mungkin karena secara politis Gujarat belum memungkinkan menjadi sumber penyebaran ketika itu dan belum menjadi pusat perdagangan yang menguhubungan wilayah Arab dengan Asia Tenggara.[5]
Proses Islamisasi Nusantara berbeda dengan daerah Arab di mana agama Islam sendiri berasal. Penyebaran agama Islam di tanah Arab kebanyakan dengan peperangan dan penaklukan. Sedangkan proses Islamisasi Nusantara dilakukan dengan berbagai bentuk atau cara, antara lain:[6]
1. Perdagangan
Para pedagang dari Arab, Persia dan Gujarat memegang peranan penting, sebab di samping berdagang mereka juga menyebarkan agama Islam.
2. Pernikahan
Pernikahan merupakan saluran Islamisasi yang paling mudah. Dari pernikahan akan terbentuk ikatan kekerabatan antara dua pihak keluarga.
Contoh Islamisasi dengan pernikahan misalnya pernikahan Rara Santang (Putri Prabu Siliwangi) dengan Syarif Abdullah.
3. Politik
Penyebaran agama melalui politik dilakukan oleh para penguasa, baik dalam lingkup besar maupun kecil. Para penguasa mempunyai pengaruh dan wibawa serta disegani sehingga mereka menjadi panutan rakyat.
4. Pendidikan
Pertumbuhan Islam di Jawa sudah dikenal dengan pendidikan pondok pesantren, di antaranya Pondok Pesantren Ampel Denta dengan pengasuhnya Sunan Ampel.
5. Seni budaya
Proses Islamisasi dengan seni budaya seperti seni bangunan, seni pahat, seni ukir, seni tari, musik dan sastra.
6. Melalui tasawuf
Ajaran tasawuf berupa Teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Nusantara. Bentuk tasawuf yang diajarkan waktu itu seperti menggunakan ilmu-ilmu riyadhah dan kesaktian dalam proses penyebaran agama Islam kepada penduduk setempat.[7]
C. Kesultanan-Kesultanan di Indonesia sebelum Penjajahan Belanda
Belanda masuk ke kepulauan Nusantara sekitar abad ke 16 M.[8] Saat itu Islam sudah berkembang pesat dan banyak kesultanan-kesultanan besar yang berpengaruh besar terhadap perkembangan dan penyebaran Islam.
Berikut uraian beberapa periode kesultanan-kesultanan sebelum penjajahan Belanda, yaitu:[9]
1. Kesultanan Perlak (840-1292 M)
Pendiri kesultanan Perlak adalah Sultan Alaudin Sayyid Maulana Abdul Aziz Shah, penganut madzhab Syiah. Beliau merupakan pendakwah dari Arab yang menikah dengan penduduk setempat. Kesultanan Perlak merupakan kesultanan pertama di Nusantara (tetapi masih terdapat perdebatan, ada pendapat yang menyebutkan kesultanan Samudra Pasai adalah yang pertama). Kesultanan Perlak berkuasa pada tahun 840-1292 M di wilayah Perlak, kini wilayah tersebut masuk dalam wilayah Aceh Timur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
2. Kesultanan Samudera Pasai (1292-1524 M)
Kesultanan Pasai, terletak di pesisir timur laut Aceh, kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh. Lahirnya Samudera Pasai diperkirakan dimulai sejak awal pertengahan abad ke 13 M. Fakta tentang berdirinya kesultanan Samudera Pasai ini didukung oleh data-data sejarah yang nyata, seperti ditemukannya batu nisan yang memuat nama Sultan Malik al-Shaleh, berangka tahun 1297 M. Sultan Malik al-Shaleh adalah sultan pertama sekaligus pendiri kesultanan Samudra Pasai.
3. Kesultanan Aceh (1514-1903 M)
Kesultanan ini berdiri sejak tahun 1514 M di ujung utara pulau Sumatera. Tokoh pendirinnya adalah Sultan Ali Mughayat Syah yang bertahta pada tahun 1514-1530 M. Pada tahun 1520 M, perkembangan ilmu pengetahuan semakin maju hingga muncullah tokoh-tokoh ulama seperti Hamzah Fanshuri, yaitu seorang tokoh tasawuf.
4. Kesultanan Demak Bintara (1478-1546 M)
Demak adalah kesultanan pertama di pulau Jawa. Kesultanan ini didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478 M. Raden Patah pada masa pemerintahannya mendirikan sebuah pondok pesantren. Penyiaran agama yang dilaksanakan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Perlahan-lahan daerah tersebut menjadi pusat keramaian dan perniagaan.
Dalam masa pemerintahan Raden Patah, Demak juga berhasil di berbagai bidang, di antaranya adalah perluasan dan pertahanan kesultanan, pengembangan Islam dan pengamalannya, serta penerapan musyawarah dan kerja sama antara ulama dan umara’.
Masjid Agung Demak sebagai lambang kekuasaan bercorak Islam adalah sisi tak terpisahkan dari kesultanan Demak Bintara. Di sana merupakan tempat berkumpulnya para Walisango saling bertukar pikiran tentang persoalan agama, cepatnya Demak menjadi pusat perniagaan dan lalu lintas serta pusat kegiatan pengislaman.
5. Kesultanan Pajang
Pajang adalah pemegang kendali kekuasaan kesultanan Jawa setelah Demak. Kesultanan Pajang terletak di daerah Kartasura, Jawa Tengah. Kerajaaan Pajang didirikan oleh Jaka Tingkir, ia adalah menantu Sultan Trenggono (sultan ketiga kesultanan Demak) yang diberi kekuasaan di Pajang.
6. Kesultanan Mataram
Kesultanan Mataram berdiri Pada tahun 1582 M. Pusat kesultanan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta. Periode kesultanan Mataram hanya berlangsung singkat mulai tahun 1582-1677 M, yang pernah dipimpin oleh dua Sultan yaitu Panembahan Seno Pati dan Panembahan Krapyak.
D. Pembangunan Peradaban Islam Masa Kesultananan Pra Penjajahan Belanda
1. Bangunan dan Seni Arsitektur
Kemajuan peradaban Islam pada kesultanan-kesultanan Islam banyak meninggalkan bangunan-bangunan yang bernilai seni tinggi. Misalnya adalah Masjid Baitur Rahman, bangunan ini dibuat oleh Sultan Iskandar Muda tahun 1022 H/1612 M yang terletak tepat di pusat Kota Banda Aceh dan menjadi pusat kegiatan keagamaan di Aceh Darussalam.[10] Masjid ini dilapisi emas sehingga dikagumi bangsa Barat.[11] Hal ini menunjukan tingkat kemakmuran ekonomi dan selera seni arsitektur yang tinggi.
Sewaktu agresi tentara Belanda kedua pada 10 April 1873, Masjid Raya Baitur Rahman sempat dibakar. Namun kemudian, Belanda membangun kembali Masjid Raya Baitur Rahman pada tahun 1877 untuk menarik perhatian serta meredam kemarahan Bangsa Aceh. Sampai saat ini, Masjid Raya Baitur Rahman menjadi objek wisata religi yang termasuk salah satu masjid dengan arsitektur terindah di Indonesia.[12]
Masjid Raya Baitur Rahman adalah masjid yang memiliki bentuk yang sama dengan masjid-masjid di negara Islam lainya (negera Arab). Pada mulanya bentuk masjid yang dibangun dipengaruhi oleh Hindu dan Budha. Misalnya, Masjid Demak, Ampel, Cirebon dan lain-lain. Ciri-ciri model seni bangunan lama yang merupakan tiruan atau terpengaruh oleh seni bangun Hindu-Budha, adalah sebagai berikut:[13]
a. Atap tumpang, yaitu atap yang bersusun, semakin ke atas semakin kecil dan yang paling atas biasanya semacam mahkota.
b. Tidak ada menara sebagai pertanda pemberitahuan waktu shalat karena digantikan dengan bedug.
c. Di belakang masjid terdapat rangkaian makam-makam. Rangkaian macam ini hakikatnya dari fungsi candi pada zaman Hindu-Budha.
2. Bidang Militer
Dalam bidang militer kesultanan-kesultanan Indonesia sudah mengalami kemajuan, itu terbukti pada peninggalannya berupa benteng-benteng pertahanan. Misalnya Benteng Indra Prata peninggalan kesultanan Aceh dan persenjataan yang dimilikinya walaupun pada akhirnya kesultanan-kesultanan Islam dapat ditaklukan kolonial Barat.
3. Bidang Ekonomi
Kesultanan Islam di Indonesia mengalami kemajuan dan kemakmuran yang cukup besar. Hal ini karena letak geografis Indonesia yang berada pada jalur perdagangan Internasional, sehingga kemajuan di bidang ekonomi, kesultanan Islam terpusat pada perdagangan dan pelayaran. Misalnya kesultanan Samudra Pasai, bahkan kesultanan ini sudah menggunakan mata uang koin dari emas.
4. Pendidikan
Menurut Muhammad Yunus, para pedagang muslim sambil berdagang, mereka menyiarkan agama Islam kepada orang-orang di sekelilingnya. Dimana ada kesempatan, mereka memberikan pendidikan dan ajaran agama Islam. Bukan saja dengan perkataan, melainkan juga dengan perbuatan.
Didikan dan ajaran Islam mereka berikan melalui perbuatan, yaitu dengan contoh dan suri tauladan. Mereka berlaku sopan santun, ramah- tamah, tulus ikhlas, amanah dan menjaga kepercayaan, pengasih dan pemurah, jujur dan adil, menepati janji, serta menghormati adat istiadat anak negeri. Pendeknya, mereka berbudi pekerti yang tinggi dan berakhlak mulia. Semua itu berdasarkan cinta dan taat kepada Allah sesuai dengan didikan dan ajaran Islam.
Sistem pendidikan yang berlaku pada masa Kerajaan Samudera Pasai tentu tidak seperti zaman sekarang ini. Sistem pendidikan yang berlaku pada saat itu lebih bersifat informal, yang berbentuk majlis taklim dan halaqah.
Di Jawa Islam diajarkan oleh para walisongo, diantaranya juga sudah ada yang mengenal dengan lembaga pendidikan pesantren, misalnya adalah Pondok Pesantren Ampel Denta oleh Sunan Ampel.
5. Karya Sastra
Karya-karya sastra dan keagamaan dengan segera berkembang di kerajaan-kerajan Islam. Tema dan isi karya itu sering kali mirip antara satu dengan yang lain.
Pada abad enam belas, di Jawa mulai muncul naskah-naskah Jawa yang memuat ajaran-ajaran keislaman, terutama ajaran tasawuf dengan ditemukannya naskah Jawa yang bertuliskan Hanacaraka yang kemudian dalam pembahasan akademis diberi judul Het Boek Van Bonang. Demikian pula di Aceh muncul naskah-naskah Melayu yang berisi ajaran-ajaran keislaman terutama hasil karya empat tokoh ulama sufi Hamzah Fansuri, Syamsuddin Pase, Al-Raniri dan Abdul Rauf Singkil.[14]
E. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, kapan kedatangan agama Islam di Indonesia terdapat dua teori. Teori pertama, Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M atau abad pertama Hijriah. Pendapat ini didasarkan pada berita Tiongkok zaman Dinasti Tang. Berita ini mencatat bahwa pada abad ke-7 M terdapat pedagang Muslim di Desa Baros, daerah barat Sumatera Utara. Pendapat tersebut juga sama dengan hasil “seminar masuknya Islam di Indonesia” di Medan tahun 1963.
Teori kedua, Islam Masuk Indonesia pada abad ke 13. Pendapat tersebut mengacu kepada catatan perjalanan Marcopolo yang menerangkan ia pernah singgah di Perlak pada tahun 1292 M, dan berjumpa dengan orang-orang yang telah menganut agama Islam. Proses Islamisasi Nusantara dilakukan dengan berbagai bentuk atau cara, antara lain: Perdagangan, Pernikahan, Politik, Pendidikan, Seni budaya maupun melalui tasawuf.
Belanda masuk ke kepulauan Nusantara sekitar abad ke 16. Saat itu Islam sudah berkembang pesat dan banyak kesultanan-kesultanan yang berpengaruh besar terhadap perkembangan dan penyebaran Islam. Di antaranya: Kesultanan Perlak, Kesultanan Samudra Pasai, Kesultanan Aceh, Kesultanan Demak Bintara, Kesultanan Pajang dan Kesultanan Mataram.
Pembangunan peradadaban kesultanan masa pra penjajahan Belanda sudah merambah di bergagai bidang, di antaranya bidang bangunan dan seni arsitektur, bidang militer, bidang ekonomi, pendidikan dan karya sastra.
Sebagai penutup, penulis mohon maaf dengan segala kekurangan dalam tulisan dan oleh karena itu saran dan kritik sangat penulis harapkan dari pembaca. Semoga tulisan sederhana ini dapat memberikan tambahan wawasan akan masa lampau khususnya tentang sejarah peradaban agama Islam di Indonesia. Wawasan itu dilihat dari segala aspeknya sehingga generasi sekarang dan yang akan datang akan sadar bagaimana sejarah bangsanya sendiri dan melanjutkan proses sejarah ke depan dengan baik, demi mewujudkan cita-cita bangsa yang luhur dan mulia. Amin.
Teori kedua, Islam Masuk Indonesia pada abad ke 13. Pendapat tersebut mengacu kepada catatan perjalanan Marcopolo yang menerangkan ia pernah singgah di Perlak pada tahun 1292 M, dan berjumpa dengan orang-orang yang telah menganut agama Islam. Proses Islamisasi Nusantara dilakukan dengan berbagai bentuk atau cara, antara lain: Perdagangan, Pernikahan, Politik, Pendidikan, Seni budaya maupun melalui tasawuf.
Belanda masuk ke kepulauan Nusantara sekitar abad ke 16. Saat itu Islam sudah berkembang pesat dan banyak kesultanan-kesultanan yang berpengaruh besar terhadap perkembangan dan penyebaran Islam. Di antaranya: Kesultanan Perlak, Kesultanan Samudra Pasai, Kesultanan Aceh, Kesultanan Demak Bintara, Kesultanan Pajang dan Kesultanan Mataram.
Pembangunan peradadaban kesultanan masa pra penjajahan Belanda sudah merambah di bergagai bidang, di antaranya bidang bangunan dan seni arsitektur, bidang militer, bidang ekonomi, pendidikan dan karya sastra.
Sebagai penutup, penulis mohon maaf dengan segala kekurangan dalam tulisan dan oleh karena itu saran dan kritik sangat penulis harapkan dari pembaca. Semoga tulisan sederhana ini dapat memberikan tambahan wawasan akan masa lampau khususnya tentang sejarah peradaban agama Islam di Indonesia. Wawasan itu dilihat dari segala aspeknya sehingga generasi sekarang dan yang akan datang akan sadar bagaimana sejarah bangsanya sendiri dan melanjutkan proses sejarah ke depan dengan baik, demi mewujudkan cita-cita bangsa yang luhur dan mulia. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah. 2013.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2011.
Maryam, Siti dkk. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Lesfi. 2004.
Stanton, Charles dkk. Studi Islam Asia Tenggara. Surakarta: Muhammadiyah University Press. 1999.
Sunanto, Musrifah. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo persada. 2012.
Syaefudin, Machfud. Dinamika Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Ilmu Yogyakarta. 2013.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara _(1800-1942), Diakses 28-05-2015.
http://jagosejarah.blogspot.com/2015/03/peninggalan-kerajaan-aceh-yang-harus.html, Diakses 27-05-2015.
[1] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 302.
[2] Ibid, hlm. 303.
[3] Machfud Syaefudin, dkk., Dinamika Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu Yogyakarta, 2013), hlm. 247.
[4] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 193.
[5] Machfud Syaefudin, Op. Cit., hlm. 249.
[6] Machfud Syaefudin, dkk., Op. Cit., hlm. 251.
[7] Samsul Munir Amin, Op. Cit., hlm. 307.
[8] http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara _(1800-1942), Diakses 28-05-2015.
[9] Machfud Syaefudin, dkk., Op. Cit., hlm. 253.
[10] Badri Yatim, Op. Cit., hlm. 228.
[11] Siti Maryam, dkk., Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Lesfi, 2004), cet. II, hlm. 326.
[12] http://jagosejarah.blogspot.com/2015/03/peninggalan-kerajaan-aceh-yang-harus.html, Diakses 27-05-2015.
[13] Musrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2012), hlm. 96.
[14] Charles Stanton, dkk., Studi Islam Asia Tenggara, ( Surakarta: Muhammadiyah University Press, 1999), cet. II, hlm. 177.